Minggu, 13 Maret 2011

ISLAM DAN KEBUDAYAAN TIONGHOA

ISLAM DAN KEBUDAYAAN TIONGHOA
A. ISLAM DI TIONGHOA

Sejarah masuknya Islam ke Negeri Cina bukanlah baru. Jauh sebelum Islam merambah ke Nusantara ternyata Islam sudah merambah benua Asia khususnya negara Cina.
Islam pertama kali masuk ke Cina tahun 650 atau tahun ke-29 Hijriyah pada masa kekhalifahan Ustman bin Affan, atau 8 tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Utusan delegasi Muslim di pimpin oleh sahabat Nabi yakni Saad bin Abi Waqas. Ia mengajak kaisar Cina yang berkuasa saat itu, Yung Wei, untuk mengajak menganut agama Islam. Masjid pertama yang ada di Cina adalah Masjid Canton dan sampai saat ini masih berdiri yang usianya sudah ada 14 abad. Kebanyakan Muslim datang ke Cina untuk berdagang. Dampaknya perdagangan di Cina maju pesat. Muslim mendominasi Industri ekspor dan impor di Cina pada masa kekuasaan Dinasti Sung [960-1279].
Penyerapan Islam dalam budaya Cina antara lain ada pada nama-nama orang. Nama-nama seperti Mo, Mai, Mu merupakan buah dari hasil adaptasi dari nama-nama Muhammad, Mustafa, dan Masoud. Begitu pula nama Ha dipergunakan untuk Hasan, Hu untuk Husain dan Sai untuk Said.
Harmonisasi hubungan Muslim dengan komunitas lain mulai retak pada saat Dinasti Ch’ing [1644-1911] berkuasa. Dia seorang Manchu, bukan Han, dan merupakan minoritas di Cina. Konflik sengaja di bangun antara kelompok Muslim, Han, Tibet dan Mongolia. Kebencian terhadap Muslim di kobarkan. Banyak pihak Muslim yang di bantai dan hanya sedikit yang selamat.
Saat ini pemerintah Cina masih bersikap keras terhadap kelompok Muslim dari etnis Uighur yang di anggap dipengaruhi oleh gerakan separatis Afganistan.
Jumlah muslim Cina saat ini tercatat sebanyak kurang lebih 20 juta jiwa atau 1,4 % dari seluruh populasi. Terdapat tidak kurang 35 ribu masjid dan 45 ribu imam di Cina . Mereka dibawah dalam pengawasan pemerintahan Cina Pusat.

B. ETNIS TIONGHOA ISLAM MASUK KE NUSANTARA

Ketika Islam lahir sebagai suatu agama pada pertengahan pertama abad VII Masehi, Cina sudah lebih dulu menguasai berbagai aspek penting dunia, mulai perdagangan sampai kekuasaan politik yang membentang. Islam mulai berhubungan dengan cina saat islam berangsur menjadi kekuatan politik dan ekonomi yang patut diperhtungkan. Hubungan islam-cina terjalin cepat karena sebelumnya telah ada hubungan dengan pedagang arab. Saat islam berkembang, kemungkinan para pedagang arab yang telah masuk islam melanjutkan aktivitas ekonomi dengan cina. Inilah yang membuka celah bagi berkembang nya islam di cina dan membuat hubungan keduanya berkesinambungan (Broomhall, 1905). Hubungan Islam dengan Cina kian erat berkat dua kekuasaan politik besar: Khilafah Umayyah [661-750] dan Khilafah Abbasiyah [750;1258] di Barat mewakili Islam dan Dinasti T’ang [618-907] dan Dinasti Tsung [960-1280] di Timur mewakili Cina.
Pada masa Bani Umayyah, perdagangan ke Cina dilakukan melalui darat. Perang antara kaum Musllimin, Cina dengan suku Tibet membuat jalur darat terputus. Hal ini menjadikan jalur laut menjadi alternatif untuk mencapai Cina. Sejak masa Abbasiyah, perdagangan jalur laut meningkat pesat [Tibbest, 1957].
Para pedagang Muslim yang menggunakan jalur laut menuju Cina mau tidak mau harus melewati jalur Nusantara dari laut Nusantara di Aceh, Selat Malaka yang membelah pulau Sumatra dan Semenanjung Malayu hingga menuju Cina. Berkat jalur laut inilah Islam tersebar di Nusantara yang kala itu masih menganut animisme, Hindu, dan Budha. Perjalanan para pedagang Muslim menuju Cina membuat Islam sebagai agama masuk secara perlahan di Nusantara.

C. TIONGHOA [CINA] – ISLAM NUSANTARA

Hubungan Cina dengan Nusantara sudah ada sebelum Islam masuk. Sumber-sumber Cina menyebutkan tahun 1275 kaisar Cina tidak lagi menerima upeti dari San-Fo-Tsi [Sriwijaya] tetapi dari Sa-Wen-Ta-La [Samudra Pasai] [Ambary, 1990].
Hal ini dipertegas dengan kesaksian Marcopolo yang pada tahun 1292 berkunjung keSamudra Pasai. Beliau mengatakan Raja Samudra Pasai tunduk pada kekuasaan Cina , namun tidak dapat bayar upeti karena jauhnya jarak untuk sampai ke Cina [edisi Prancis 1865 dan 1989]. Kedekatan hubungan Cina dengan Nusantara berlanjut saat orang-orang Arab yang ada di Cina dan orang-orang Cina yang masuk Islam datang menyebarkan Islam di Nusantara. Karena itu salah satu teori yang berkembang hingga saat ini,Cina memainkan peran yang sangat penting dalam proses Islamisasi di Nusantara. Peran jalur “ Cina” amat besar dalam proses masuknya Islam ke Trengganu pada abad XIV dan ke Jawa pada abad XV.
Islam di kedua daerah ini dianggap datang dari Cina melalui Champa[Kamboja]. Cina menunjukkan peran yang kian penting saat Kaisar Ming mengirim laksamana Cheng-Ho dan penerjemahnya, Ma-Huan yang mana keduanya beragama Islam dalam ekspedisi ke Nusantara beberapa kali sepanjang abad XIV untuk menjalin hubungan politik dan ekonomi.
Profesor Rahmat Mulyana [1968] memaparkan jasa laksamana Cheng-Ho dalam Islamisasi di tanah Jawa. Bahkan beberapa Masjid didirikan atas perintah Cheng-Ho. Karena itu tidak heran jika ada akulturasi budaya berupa arsitek Cina dengan Islam di sebuah Masjid, misalnya Masjid di Semarang yang merupakan Masjid bekas peninggalan Cheng-Ho.
Kemudian menurut sebagian para ahli sejarah menyatakan wali Songo adalah keturunan Cina. Hal ini perlu dikaji lagi.Tetapi paling tidak dalam sejarah tercatat istri Sunan Ampel adalah putri Champa yang masih saudara Brawijaya V, Ibu dari raden Fattah.
Disamping itu salah satu Istri Sunan Gunung Jati adalah putri Cina juga yang hingga kini kuburannya di Cirebon menjadi tempat ziarah masyarakat Cina. Daniel Perret menyatakan [2005]; menara dan masjid Agung Banten merupakan hasil seorang arsitek Cina. Ini menunjukkan peran penting Cina dalam proses Islamisasi Nusantara. Kedekatan Islam dengan Cina dari dulu hingga kini harus membuat umat Islam dan masyarakat Cina di Indonesia menghilangkan rasa curiga dan sikap rasis yang kadang muncul dan membuat hubungan keduanya tegang.
Dengan tahun baru Imlek 2557 dan Hijriah 1427 dapat kita lihat lembaran baru dan menghilangkan pandangan dikotomis pribumi dengan Cina, serta membuang perasaan dan sikap anti Cina dan anti pribumi [Islam].

D. CHENG HO MUSLIM YANG TAAT

Cheng Ho merupakan seorang Muslim yang toleran. Ia menghormati kegiatan-kegiatan agama Budha dan agama Tao. Adapun di antara kegiatannya adalah sebagai berikut:
a. Cheng Ho dan Agama Islam

Menurut yang dicatat dalam sejarah Cheng Ho adalah seorang muslim yang baik yang giat menyebarkan agama Islam di Tiongkok maupun dinegara lainnya. Kegiatan yang penting dalam dakwah Islam antara lain:
1. Penziarahan di pekuburan para pendahulu Islam dan salat di masjid kota Quanzhou di propinsi Fujian yang terkenal sebagai pelabuhan perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam di Tiongkok Selatan sejak Dinasti Tang [619-907]. Di kota tersebut terdapat beberapa masjid yang tertua di Tiongkok dan pekuburan para pendahulu agama Islam yang pada batu nisannya terukir huruf dan gambar Arab dan Persia. Pada tanggal 31 Mei tahun 1417 [tanggal 14 Rabiul akhir tahun 820 H] sebelum mengadakan pelayarannyayang ke-5, Cheng Ho memerlukan datang ke Quanzhou untuk berziarah di pekuburan para pendahulu Islam Bukit Ling, Quanzhou.Dan menurut Xi san Zha Ji [Catatan Bukit Barat] yang baru di temukan di Quanzhou belakangan ini, Cheng Ho pernah salat di masjid Bukit Jiu Ri terletak di Nan An [Quanzhou] sebelum pelayarannya yang pertama.
2. Kaum muslim diikutsertakan dalam pelayaran
Tidak sedikit kaum muslim yang diajak oleh Cheng Ho dalam pelayarannya ke Samudra Barat.Di antarannya terdapat beberapa tokoh muslim yang sangat berjasa seperti Ma Huan, Guo Chongli, Hasan, Sha'ban dan Pu Heri. Ma Huan dan Guo Chongli pandai berbahasa Arab dan Persia dan bekerja sebagai penerjemah. Karya Ma Huan Yi Sa Sheng Lan [Pemandangan indah di Seberang Samudra] merupakan suatu catatan sejarah yang amat bernilai tentang perjalanan Cheng Ho kebeberapa Negara Asia- Afrika pada pertengahan pertama abad ke-15. Bila dibandingkan dengan Xing Cha Sheng Lan[Menikmati pemandangan indah dengan rakit sakti] karya Fei Xin yang turut pula dalam beberapa pelayaran Cheng Ho, ternyata jauh lebih banyak kegiatan Islam yang tercatat dalam karya Ma Huan. Hal Tersebut merupakan sesuatu yang penting yang menunjukkan bahwa Ma Huan adalah seorang muslim, sedang tentang Fei Xin belum ada bukti sejarah yang menunjukkan bahwa dia juga seorang muslim. Hasan adalah ulama masjid Yang Shi di Kota Xian Propinsi Shan Xi. Pada tahun 1413 ia di ajak oleh Cheng Ho ikut dalam pelayarannya yang ke 4. Sebagai seorang Ulama Hasan memainkan peranan yang penting dalam mempererat hubungan persahabatan antara Tiongkok dengan Negara Asia Afrika, khususnya Negara Islam yang dikunjungi Cheng Ho. Disamping itu Hasan juga memimpin beberapa kegiatan agama Islam dalam rombongan Cheng Ho seperti penguburan jenazah di laut, dan lainnya. Sha'ban adalah orang Calicut di Semenanjung India. Menurut sementara sarjana Tionghoa Sha'ban adalah seorang muslim dan turut juga dalam dalam pelayaran Cheng Ho yang ke-7. Kemudian untuk Pu Heri, pendiri tugu peringatan berkaitan dengan penziarahan Cheng Ho di Quanzhou pada Mei tahun 1417 adalah seorang muslim pula dan ikut dalam pelayaran Cheng Ho yang ke-3. Di kalangan awak kapal armada Cheng Ho juga terdapat banyak orang muslim. Kapal-kapal Cheng Ho diisi dengan prajurit yang kebanyakan terdiri atas orang Islam.Demikian menurut Buya Hamka pada Star Weekly 18 Maret 1961.


3 Pemugaran masjid yang dilakukan oleh Cheng Ho
Menurut Xian Fu Zhi [Catatan Riwayat Kabupaten Xian] Cheng Ho berhasil memugar sebuah masjid yang terletak di sebelah Timur laut kabupaten Xian pada tahun 1413. Masjid tersebut dahulunya didirikan oleh Shang Shu Tie Xuan pada tahun 1384 dan ditunjukkan pula dalam buku Chong Xiu Qing Jing Si Bei Ji [Catatan tugu pemugaran Masjid] ditulis oleh Liu Xu pada tahun 1583. Pada April tahun 11 Yong Le [1413 M]., Cheng Ho mengajak Ulama Hasan turut dalam pelayarannya. Ketika kapal-kapalnya berlayar di laut, tiba-tiba angin menjadi kencang dan ombak menggelora sehingga beberapa kapal itu nyaris terbalik. Hasan segera salat. Berkat pertolongan Allah kapal-kapal Cheng Ho berhasil diselamatkan. Seketika itu juga Cheng Ho bersumpah akan memugar masjid tempat Hasan yang pada waktu itu memimpin kegiatan agama Islam. Masjid Xinging di Xian berhasil di pugar oleh Cheng Ho setelah kembali dari pelayarannya yang ke-4.
Selain itu terdapat peristiwa penting yakni pada tahun 1430 sebelum pelayaran yang ke-7 Cheng Ho mengajukan permohonan yang tertulis kepada kaisar Zhan Ji Dinasti Ming untuk membangun kembali masjid yang tertua di Tiongkok di jalan San San [sekarang jalan Jian Kang] kota Nanjing yang telah habis terbakar. Permohonan Cheng Ho pun dikabulkan oleh Kaisar.
4. Pendidikan Islam sejak masa kanak-kanak
Cheng Ho berasal dari keluarga haji dan mendapat pendidikan Islam sejak masa kanak-kanak. Ayah dan kakeknya juga muslim yang taat. Cheng Ho di besarkan dalam suasana keagamaan Islam. Ia berasal dari suku bangsa Hui yang kebanyakan menganut agama Islam. Berkat pendidikan dan pengaruh agama Islam Cheng Ho tahu benar tentang ajaran agama Islam, misalnya tentang bulan puasa, dan lainnya. Salah satu contoh ialah pada tanggal 7 Desember 1411 sesudah pelayarannya yang ke-3 Cheng Ho kembali kekampung asalnya,Kunyang untuk berziarah ke makam ayahnya.Hari itu bertepatan dengan tanggal 20 sya'ban tahun 18 Hijriah. Dan kira-kira 10 hari kemudian sampailah bulan ramadhan, bulan puasa. Sesudah Idul Fitri Cheng Ho baru meninggalkan Kunyang. Beberapa Sarjana di Asia Tenggara menyatakan bahwa Cheng Ho juga telah menunaikan ibadah haji, meskipun hingga kini belum ditemukan catatan mengenai hal ini dalam catatan dalam sejarah Tiongkok. Bukan mustahil bahwa para penulis buku sejarah pada masa itu sengaja tidak mencatat peristiwa itu seperti halnya tidak di catat sama sekali tentang jasa Cheng Ho dalam penyebaran agama Islam di luar Tiongkok.Hal ini mungkin dikarenakan kaisar Dinasti Ming bukan beragama Islam, dan Cheng Ho memang ditugaskan keberbagai Negara dan kawasan bukan untuk menyebarkan agama Islam. Seandainya Cheng Ho memang belum sempat menunaikan ibadah haji, hal ini disebabakan kondisi pada saat itu tidak memungkinkan baginya untuk pergi ke Mekah, karena Cheng Ho memimpin lebih dari 20 000 awak kapal dalam setiap pelayaran jauh yang sebagian besar bukan muslim,tetapi penganut agama Budha dan Tao. Suatu hal yang mustahil bila Cheng Ho harus membawa semua awak kapalnya ke mekah Di samping itu sebagai seorang pelaut yang disiplin untuk mengemban tugas yang dititahkan oleh Kaisar. Cheng Ho meninggal dunia di Calicut pada tahun 1433 dalam rangka pelayarannya yang ke-7. Satu tahun sebelumnya tepatnya pada tahun 1432 ia sudah sakit-sakitan. Meskipun begitu dengan melalui Laksamana muda Hong Bao di utuslah 7 orang muslim yang pandai berbahasa Arab, termasuk Ma Huan untuk berkunjung ke Mekah. Oleh Ma Huan dan kawan-kawannya ka'bah di lukis dan di gambar untuk di bawa pulang ke Tiongkok.

b. Cheng Ho menghormati agama Budha

Dalam literature sejarah Tiongkok tercatat bahwa Cheng Ho pernah ikut dalam beberapa kegiatan agama Budha,antara lain:
1. Cheng Ho pernah memberikan derma kepada kuil Budha di Negara asing. Menurut kata-kata yang terukir pada Tugu Catatan Derma kepada Kuil Bukit Ceilon yang ditemukan di kota Galle, Ceylon [Srilanka] pada tahun 1911, Cheng Ho pernah memberikan derma berupa kain bersulam benang emas dan perak, pedupaan, pot bunga, pelita lilin, dan sebagainya pada tahun 1409. Kata-kata tersebut terukir dalam bahasa Mandarin, Persia, dan Tamil. Tugu ini sekarang di simpan dalam museum Kolombo, Srilanka.
2. Fei Huan, pendeta agama Budha di ajak oleh Cheng Ho turut dalam pelayarannya ke Samudra Hindia.

c. Cheng Ho menghormati agama Tao

Dalam setiap kali berlayar Cheng Ho tidak pernah melarang awak kapalnya yang menganut agama Tao menyembah Dewi Sakti. Dalam hubungan ini terdapat contoh yang tipikal ialah di bangunnya Tugu peringatan yang mencatat kesaktian Dewi Sakti oleh Cheng Ho pada tahun 1431 sebelum ia memulai pelayarannya yang ke-7. Tugu itu di temukan di kabupaten Changle, Propinsi Fujian [Hokian] pada tahun 1931. Kata-kata yang terukir dalam tugu itu antara lain menerangkan berkat perlindungan Dewi Sakti, kapal-kapal Cheng Ho berhasil mengunjungi lebih dari 30 negara asing dalam pelayaran-pelayaran sebelumnya dan berhasil mengatasi angin ribut dan ombak dasyat.

E. Muslim dan Penyebaran Agama Islam Mendapat Perhatian Tertentu dari Dinasti Ming

Pada pertengahan abad ke- 14 pemberontakan yang dipimpin oleh Zhu Yuanzhang berhasil menggulingkan kerajaan Yuan. Dalam pasukan pemberontak itu bukan hanya terdapat banyak prajurit muslim tapi juga jendral-jendral muslim seperti Chang Yu Chun, Mu Ying, Hu Dahai, dan Lan Yu. Sesudah Zhu YuanYhang naik tahta menjadi kaisar pertama Dinasti Ming para jendral muslim dianugerahi jabatan tinggi untuk memimpin pemerintahan di beberapa daerah. Tarikh Islam pun sangat di hormati oleh kaisar dan Ma Shai Yi Hei beserta kawan-kawannya dititahkan untuk menerjemahkan tarikh Islam serta buku Ilmu Astronomi Hui-Hui dari bahasa Arab kedalam bahasa Mandarin. Menurut titah Kaisar Ming beberapa ahli muslim lainnya di tugaskan menerjemahkan kitab-kitab ajaran Islam.
Tahun 1368 merupakan tahun pertama bagi Zhu Yuangzhang di nobatkan menjadi kaisar Dinasti Ming. Pada tahun itu juga di bangun masjid Jingjue atau disebut masjid jalan San San di Ninjing ibu kota kerajaan Ming. Pada tahun 1382 kaisar pertama Dinasti Ming menitahkan agar membangun masjid di jalan Da Xue Xi, kota Xian [Propinsi Shan Xi]. Titah tersebut berisi antara lain memerintahkan bahwa jika ada masjid yang roboh harus di bangun kembali dan proyek pemugarannya tidak boleh dihalangi. Pada tahun 1405 Zhu di naik tahta dan 2 tahun kemudian menitahkan kepada haji Amir [Ulama Arab] yang dating ke Tiongkok untuk menyiarkan agama Islam.Haji Amir dalam bahasa Han disebut juga dengan haji Miri. Dia mendatangi Quanzhou, Yangzhou,Fuzhou, dan tempat-tempat lainnya di Tiongkok. Titah kaisar tersebut terukir pada tugu-tugu batu yang terdapat di Quanzhou,Yangzhou, dan Xian. Tugu batu yang terdapat di Yangzhou terdiri atas 3 bahasa yaitu bahasa Han, Tibet dan Persia.

Daftar Pustaka

1. Islam Dan Budaya Lokal, Lebba Pongsibanne, S.Ag., m.sI
2. Mengapa Etnis Tionghoa Memilih Islam, Drs. Dyayadi, M.T
3. Cheng Ho Muslim Tionghoa, Prof. Kong Yuanzhi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar