Minggu, 13 Maret 2011

3) المحكوم عليه

(3)
المحكوم عليه
Oleh: al-Faqir Billah Muhamad Safii Gozali

Al-Mahkum laih adalah orang-orang yang mampu dibebani hukum, orang tersebut dinamakan mukallaf atau subjek hukum
Ada 10 faktor yang menjadikan manusia layak menjadi subjek hukum :
1. Al-Khilafah
2. Al-Amanah
3. Al-Ma’hadah
4. Al-Syahadah
5. Tanzilul Kitab
6. Irsal Al-Rasul
7. Al-Bayyinah
8. Al-‘Adl
9. Al-Qalb
10. Al-Istitha’ah

1. Al-Khilafah,
Manusia sebagai Khalifah di Bumi berarti aia bertanggung jawab memakmurkan dan berbuat kebajikan di Bumi sesuai perintah Allah yang telah dibebankan kepadanya
                     •         
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al-Baqarah : 30)
               •       
“Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-An’am : 165).

2. Al-Amanah (Mengemban Kepercayaan)
Manusia diciptakan oleh tuhan disertai pula dengan kemampuan dan kesanggupan memikul amanah ini sebelumnya telah diturunkan kepada ciptaan tuhan yang lainnya,
                   
“Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,” (Al-Ahzab : 72).

3. Al-Ma’hadah (Perjanjian)
Yaitu perjanjian suci yang dikeluarkan manusia, saat sebelum ia terlahir ke Alam dunia, bahwa ia mengabdi semata-mata kepada Allah bukan kepada lainnya.
                      
“Bukankah Aku Telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. inilah jalan yang lurus.”
Perjanjian itu termasuk melakukan kebajikan dan mencegah kemungkaran
 •                                  •     
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu Telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (Al-Nahl : 90-91).

4. Al-Syahadah (Kesaksian)
Setiap manusia yang dilahirkan sebelumnya telah diminta persaksiannya oleh Allah, bahwa Allah adalah tuhan penciptanya,
                         •   
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",”(Al-A’raf : 172).

5. Tanzil Al-Kitab (Turunnya wahyu)
Turunnya wahyu sebagai tuntunan manusia dan pedoman bagi manusia manusia dalam melaksakan amanah
         
“Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (Al-Baqarah : 2)
       ••                                        
“(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

6. Irsal Al-Rasul
Diutusnya Rasul menyampaikan aturan-aturan tuhan untuk memperjelas antara yang baik dan buruk dan menyampaikan berita berita gembira serta peringatan kepada manusia,
     ••           
“(mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Nisa’ : 165).

7. Al-Bayyinah (Pembuktian)
Segala aktivitas manusia yang dilakukan akan dimintai pertanggung jawaban dan semuanya ada bukti-bukti rekaman yang menjadi saksi kelak, hal itu berkenaan dengan kedudukan manusia sebagai Khalifah yang merupakan amanah
           
“Pada hari Ini kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (Yasin : 65).

8. Al-‘Aql (Rasio, Pusat Kecerdasan Manusia, Pusat Daya Cipta)
Banyak ayat-ayat yang mendorong manusia untuk menggunakan rasionya dengan ungkapan أفلا تعقلون, أفلا تتفكرون, أفلا تتدبرون Konsep Ulul Albab dalam Al-Qur’an mengandung dua dimensi, yaitu berfikir dan berdzikir
       •    
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” (Alu Imran : 195).

9. Al-Qalb (Pusat Daya Rasa atau Karsa)
Kalbu merupakan pusat reproduksi terjadinya suatu perbuatan manusia
إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله ، وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب
10. Al-Isthitha’ah (Daya Kemampuan)
Yaitu manusia mempunyai kemampuan melaksanakan khitab Allah dengan batas-batasnya, oleh karenanya ada aturan, rukhshah dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar