Selasa, 22 Maret 2011

STRUKTUR KEPRIBADIAN MANUSIA MENURUT SIGMUND FREUD DAN IMAM AL-GHAZALI (7)


STRUKTUR KEPRIBADIAN MANUSIA
MENURUT SIGMUND FREUD DAN IMAM AL-GHAZALI (7)
Oleh: al-faqir billah Muhamad Safii Gozali

BAB IV
PENUTUP

A.        Kesimpulan
1.     Perbedaan konsep tentang hakikat manusia dan struktur kepribadian
Konsep tentang hakikat manusia menurut Freud dan Al-Ghazali berbeda dalam cara pandangnya. Hal ini dikarenakan antara Freud dan Al-Ghazali berbeda sumber pengetahuan yang mendasarinya. Freud dalam cara pandanganya lebih menitikberatkan pada fenomena empiris-spekulatif semata tanpa melibatkan agama sebagai sumber dari Tuhan. Hal ini juga dipengaruhi   karena Freud mendasarkan pada teori Darwinisme tentang teori Evolusinya yang menganggap bahwa manusia itu, kejadiannya atau asal-mulanya tanpa ada campur tangan Tuhan. Id, dalam pandangan Freud sebenarnya dipengaruhi oleh dorongan-dorongan fisik-biologis semata.
 Sedangkan Al-Ghazali, dalam menjelaskan fenomena jiwa, disamping mendasarkan pada pengalaman empiris-spekulatifnya, tetapi juga didukung dengan pengalaman sendiri (memadukan antara filsafat, tasawuf dan ilmu jiwa), Al-Qur’an, sebagai wahyu Tuhan, al-Hadist (tatacara kehidupan Rasulullah Saw), serta filsafat Yunani dan Islam. Oleh karena itu tidak berlebihan jika peneliti, setelah menelaah sedikit banyak teori Freud dan Al-Ghazali, teori yang diajukan oleh Al-Ghazali ini lebih komprehensif dalam menjelaskan fenomena jiwa dan dapat diterapkan bagi semua kalangan, baik orang sehat maupun orang tidak sehat dengan catatan ada yang memberikan pengarahan (chouching, helping behavior).
Id dalam teorinya Freud dan al-nafs al-amarah teorinya Al-Ghazali, terdapat sedikit perbedaan, yaitu: kalau dalam Freud, dorongan pemuasan dari Id itu dianggap normal. Sedangkan dalam teorinya Al-Ghazali, al-nafs al-amarah, dianggap tidak normal (dalam kondisi tertentu normal asal didukung dengan sifat adil, berani dan didukung dengan akal serta syariat)
2.     Persinggungan tentang struktur kepribadian
Persinggungan antara teori Freud dan Al-Ghazali, peneliti yakin bahwa dalam tataran Id (uncouncious) dan Superego (unconscious), struktur kepribadian menurut Freud, terdapat sedikit kesetaraan dengan teori al-nafs al-amarah (jiwa yang marah) dan al-nafs al-muthmainnah (jiwa yang menginginkan kesucian) Al-Ghazali. Hanya saja Al-Ghazali lebih mendasarkan fungsi al-nafs al-muthmainnah (Superego-nya Freud) lebih mulia dan tinggi dalam hal pencapaian eksistensi manusia yang sesungguhnya daripada Superego-nya Freud. Hal ini dipengaruhi karena Freud mendasarkan Superego dari pengalaman-pengalaman empirik dari pendidikan lingkungan, seperti: norma-norma sosial, peraturan orang tua dan masayarakat setempat. Sedangkan al-nafs al-muthmainnah didasarkan pada kecenderungan bahwa menusia itu sejak lahir telah ada potensi-potensi untuk berbuat baik dan buruk (fitrah dari Tuhan).

B.         Kontribusi Penelitian
1.       Memperkaya kajian Psikologi Integrasi-Interkoneksi
Penelitian ini sebasgai salah satu usaha untuk mencaoba mengintegrasi-interkoneksikan keilmuan umum (Natural Studies, Social Studies dan Humanities) dan keilmuan Islam (Islamic Studies) di lingkungan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta terkait dengan paradigma Integrasi-Interkoneksi.
2.       Memperkaya literatur perkuliahan Psikologi Kepribadian
Setidaknya, hasil penelitian ini dapat menjadi komplemen dari penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya. Hanya saja pada apenelitian ini, peneliti berusaha mencoba memadukan teori psikologi kepribadian Barat dengan Islam.
3.       Sebagai stimulan penelitian sejenis di waktu mendatang
Penelitian ini pada awalnya untuk memberikan stimulan bagi peneilitian-penelitian pada masa mendatang terkait dengan Visi dan Misi UIN Sunan Kalijaga dengan paradigma Integrasi-Interkoneksinya. Hal ini berimbas kepada usaha untuk menamai Psikologi Integrasi-Interkoneksi (Psikologi II). 

DAFTAR PUSTAKA

1.         Ahyadi, Abdul Aziz. (1988). Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung: CV. Sinar Baru (Anggota IKAPI).
2.         Al-Faruqi, I.R. (1982). The Islamization of Knowledge. Wyncote, Pensylvania, USA: III T.
3.         Al-Ghazali, Abu Hamid. (1982). Keajaiban Hati. Penerjemah; Nurhikmah. Jakarta: Tintamas.
4.         Al-Ghazali, Abu Hamid. (1997). Metafisika Alam Akhirat. Penerjemah; Wasmukan & Mohammad Lqman Hakim. Surabaya: Risalah Gusti.
5.         Al-Ghazali, Abu Hamid. (1995). Mizanul Amal. Penerjemah; Musthofa. Bandung: PT. Rineka Cipta.
6.         Al-Ghazali, Abu Hamid ath-Thussi. 2007. Ringkasan Ihya’ Ulumiddin. Penerj: Fudhailurrahman dan Aida Humaira. Jakarta: Sahara Publishers.
7.         Al-Ghazali, Abu Hamid ath-Thussi.. (1422) Hijriyah. Ihya Ulumiddin. Lebanon: Dar al-Fikr, 2005. Juz III.
8.         Al-Ghazali, Abu Hamid ath-Thussi.. (1997). Mukhtashar Ihya’ Ulumiddin. Penerj: Irwan Kurniawan. Bandung: Mizan.
9.         Al-Ghazali, Abu Hamid ath-Thussi. (1993). Ihya’ Ulumiddin. Penerj: M Zuhri, dkk. Semarang: As-Syifa’.
10.    Al-Ghazali, Abu Hamid. (tt). Kimiya Al-Sa'adah. Beirut: Al-Maktabah Al-Sa'biyat.
11.    Al-Ghazali, Abu Hamid. (tt). Maqashid al-Falasifah. editor: Sulaiman Dunya. Mesir: Dar al-Maarif.
12.    Al-Qardhawi, Yusuf. (1996). Al-Ghazali Antara Pro dan Kontra: Membedah Pemikiran Abu Hamid al-Ghazali ath-Thussi bersama Penentang dan Pendukungnya. Surabaya: Pustaka Progressif.
13.    Al Qur’an dan Terjemahannya. (1981). Jakarta: Toha Putra dan Departemen Agama Republik Indonesia.
14.    Al-Wisol. (2005). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhamadiyyah Malang (UMM) Press.
15.    Badri, M. B.  (1988). Tafakkur. Jakarta: Penerbit Al-Kautsar.
16.    Badri, Malik B. (1986). Dilema Psikolog Muslim (The Dillema of muslim Psychologist), Penerjemah; Siti Zaenab Luxfiati. Jakarta: Pustaka Firdaus.
17.    Baharuddin. (2004). Paradigma Psikologi Islam: Studi tentang Elemen Psikologi dari Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
18.    Bastaman, HD. (2005).  Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
19.    Benjamin, Ludy. T. Jr. (2007). A Brief History of Modern Psychology. Victoria : Black Well Publishing USA.
20.    Berne, Eric. (1971). A Laymans Guide tyo Psychology and Psychoanalysis. Victoria: Penguin Books.
21.    Carol, Alexis (1967). Man, the Unknown. New York: Harper and Row Publisher.
22.    Chaplin, J.P. (1989). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah; Kartini Kartono, jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
23.    Daradjat, Zakiah. (1979). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
24.    Daradjat, Zakiah. (1986). Kesehatan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.
25.    Drever, James. (1986). Kamus Psikologi, Penerjemah; Nancy Simanjuntak. Jakarta: Bina Aksara.
26.    Hall, Calvin S. & Gadner Lindzey (1993). Teori-teori Holistik (Organismik-Fenomenologis), Penerjemah; Yustinus. Judul Asli Theories of Personality. Yogyakarta: Kanisius.
27.    Hanafi, Ahmad. (1990). Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
28.    Hartati, Netty dkk. (2004). Psikologi Dalam Tinjauan Tasawuf. Jakarta: UIN Press.
29.    Helsminski, Kabir (2005). Meditasi Hati: Transformasi Sufistik, judul asli, "The Knowing Heart: A Sufi Path of Trasformation, Penerjemah; Abdullah Ali. Bandung: Pustaka Hidayah.
30.    Kaplan, Sadock & Grebb. (1997). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikatri Klinis. (Synopsis of Psychiatry). Penerjemah; Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.    
31.    Larsen, Randy J. & Buss, David M. (2002). Personality Psychology: Domain of Knowledge About Human Nature.  New York: Mc Graw Hill.
32.    Jaya, Yahya. (1994). Spiritualitasasi Islam: Dalam Menumbuhkan-kembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental. Bandung: CV. Ruhama.
33.    Khan, Ali Mahdi. (2004). Dasar-Dasar Filsafat Islam (Pengantar ke Gerbang Pemikiran. Bandung: Nuansa Cendekia.
34.    Masduki, Mahfudz. (2005). Spiritualitas dan Rasionalitas Al-Ghazali. Yogyakarta: Tafsir Hadist Press.
35.    Mohamed, Yasien. (1997). Fitra: The Islamic Concept of Human Nature. Penerjemah; Masyhur Abadi. Bandung: Mizan.
36.    Muhaimin & Abdul Mujib (1993). Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofik dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Trigenda Karya.
37.    Mujib, Abdul. (1999). Fitrah: Antara Potensi dan Implikasi Psikologis, Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan  Psikologis, Jakarta: Darul Falah.
38.    Mujib, Abdul .(2006). Kepribadian Dalam Psikologi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
39.    Nashori, H.F. (2005). Potensi-potensi Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
40.    Nashori, H.F. (2002). Agenda Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
41.    Nasution, Harun. (1991). Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
42.    Noor, M. Umar. (2003).  Jurnal Pemikiran Islam Vol.1. No.3., September 2003, International Institute of Islamic Thought Indonesia, Antara Al Ghazali dan Ibn Taymiah
43.    Ottman, Ali Issa. (1987). Manusia Menurut Al-Ghazali. Bandung: Pustaka.
44.    Purwanto, Yadi. (2007). Epistemologi Psikologi Islami, Bandung: PT. Rafika Aditama.
45.    Rahardjo, M.D. (1996). Ensiklopedi Al-Qur’an. Yogyakarta: Paramadina.
46.    Riyadi, Ahmad Ali. (2008). Psikologi Sufi Al-Ghazali. Yogyakarta: Panji Pustaka.
47.    Suryabrata, Sumadi.  (2007). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo.
48.    Sarwono, Sarlito Wirawan. (1978). Berkenalan dengan Aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
49.    Tafsir, Ahmad. (2004). Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
50.    Takeshita, Masataka. (2005). Ibn 'Arabi's Theory of Perfect Man and It's Place in Islamic History (Manusia Sempurna menurut Konsepsi Ibnu Arabi). Penerjemah; Mohammad Hefni MR. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
51.    Zamzam A. Jamaluddin T dan Tri Boedi Hermawan, (2005 Tuesday, June 21). Struktur Insan dalam Al-Qur’an : Apa yang Tersentuh Oleh Psikologi Analitik, dan Status Kecerdasan Spiritual (SQ). Yayasan Paramartha.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar